Gambar dibuat menggunakan DALL·E melalui ChatGPT oleh OpenAI, dikurasi oleh penulis.

Sahlan Fauzi | 27 Mei 2025 | 21:17

Apa yang ada di benak seseorang ketika mendengar "jurusan teknik"? Mengerjakan laprak hingga larut malam, Mengunjungi laboratorium minimal satu minggu sekali, Menggambar teknik yang berujung banyak revisi, hingga senioritas yang tinggi.

Tidak heran jika terdapat data pada tahun 2021 yang menyatakan bahwa rumpun ilmu ini memiliki mahasiswa drop out terbanyak sebanyak 136.272 mahasiswa. Tentu data ini dihasilkan dari berbagai faktor seperti stigma-stigma yang dijelaskan pada awal paragraf: tekanan dunia perkuliahan yang tinggi

Belum lagi jika terdapat masalah eksternal yang membutuhkan penyelesaian yang lebih rumit. Sebut saja salah satu mahasiswa teknik itu bernama Wildan yang sedang mengenyam pendidikan di fakultas teknik khususnya di Kampus UPN "Veteran" Jawa Timur. 

“Pernah karena udah capek banget begadang ngerjain laprak, gak bisa olahraga lagi seperti biasa. Jadi jenuh di depan laptop terus.”

Dapat dirasakan ketika apa yang menjadi pelarian kita selama ini, ruang kita untuk melepas stress itu perlahan hilang, bahkan tidak pernah kita kunjungi sama sekali, bisa jadi olahraga, bermain game, atau sekadar berkeluh kesah di cafe bersama rekan-rekan kuliah. 

“Sekarang juga masih ngerasain jenuh dan capeknya, apalagi ditambah ikut himpunan. Memang ini sudah pilihan dari awal, cuma sedikit gak ekspektasi aja bisa sepadat ini.”

Setiap mahasiswa, apalagi yang memiliki tekanan yang tinggi seperti program studi teknik memiliki titik terendah mereka masing-masing. Hal terburuk yang terpikir oleh mahasiswa tentu saja mengakhiri perkuliahan. 

“Kadang kalau udah semua deadline tugas barengan, partner lab-ku hilang, aku ngerjain sendiri, proker himpunan jalan, dan aku belum kerja, gak ada uang. Itu bikin agak tertekan dan berpikir mau putus kuliah.”

Tentu dapat disepakati bahwa para mahasiswa teknik memiliki mental yang tangguh di tengah gempuran problematika perkuliahan, banyak dari mereka yang berhasil menemukan area aman mereka sendiri yang sering ditemukan pada hal-hal kecil di keseharian mereka. 

“Menyendiri dulu aja sambil ngopi-ngopi, tenangin pikiran dulu, baru bergaul lagi.”

Jurusan teknik terkenal dengan solidaritasnya yang erat, apakah itu yang membuat mereka kuat bertahan di jurusan ini hingga mereka berhasil meraih sarjana? 

“Gak ada sih. Soalnya aku malas cerita ke orang lain. Menurutku ini masalahku dan aku yang harus tanggung jawab, gak perlu merepotkan orang lain.”

Pada poin yang lebih holistik, stigma-stigma yang beredar yang melabeli jurusan teknik tentu merupakan dampak dari budaya dan manajerial birokrasi yang terkait, baik itu birokrasi program studi, fakultas, hingga universitas. Apa saja yang perlu diperbaiki agar jurusan ini memiliki branding yang lebih baik? 

“Tata KRS dan lab akademik yang sedikit masuk akal dan rata di setiap semester. Jangan jomplang—gampang di awal karena KRS dan lab sedikit, terus di akhir dijatuhin semua KRS sama lab-nya.”

Namun yang paling krusial daripada memikirkan manajerial yang di luar jangkauan kita, alangkah baiknya jika kita fokus kepada diri sendiri, pengelolaan keuangan, kesehatan, dan tentu saja emosi. 

“Kalau udah bisa ngatur/mengelola, nanti kita sendiri bisa mengendalikan stres itu. Jadi kita gak terlalu tertekan, tapi mungkin kalau di awal ya agak kaget.”

Referensi:
NABILAH NUR ALIFAH. (2022, February 17). Program Studi dengan Mahasiswa Drop Out Terbanyak di Indonesia 2021. goodstats.id. Retrieved May 30, 2025, from https://goodstats.id/article/jurusan-kuliah-dengan-mahasiswa-do-terbanyak-2021-2Z8VD